Masuknya Islam ke Spanyol
Sejarah Islam di Spanyol dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Ø Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
Ø Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
Ø Ketiga, fase kehancuran Islam di Spanyol (976-1031 M).
Semenanjung
Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan Portugal sekarang
ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat
sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik tua menyebut selat sempit
itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat tersebut terletak benua Eropa. Selat sempit tersebut sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan Atlantik.
Sekitar
dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada
dibawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa
Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak
diantara sungai Oder dan Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa
Barat di masa lalu sebelum Goth dan bangsa Arab (Islam). Penguasa daerah
ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasan Vandal
ini lalu diambil alih oleh orang-orang Gothik. Tak lama kemudian,
dinasti Merovingian dari kerajaan Frank merebutnya dari orang-orang
Gothik, maka didirikanlah kerajaan Visigoth (507 M), yang wilayah
tersebut dikenal dengan Vandalusia. Setelah kedatangan orang-orang Islam
pada tahun 92 H/ 711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia
atau al-Andalus. Penduduk Andalusia ini terdiri dari suku-suku Arab,
Barbar, dan orang pribumi.
Sebelum
Islam masuk ke Spanyol, negara ini dipimpin oleh Raja Roderick yang
beragama Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah
Spanyol. Akibat misi ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima
kelompok yang saling memusuhi, yaitu: penguasa tanah yang
mengeksploitasi rakyat miskin, buruh tani dan budak yang
dijual beli, golongan menengah yang bergerak dalam bidang ekonomi, para
penguasa yang memiliki hak istimewa, dan pihak gereja Katholik yang
tidak terlalu peduli dengan kondisi masyarakat setempat. Kondisi inilah
yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol dengan mudah tanpa perlawanan
yang berarti.
Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah,
penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn
Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Pada masa
Khalifah Al-Walid (705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa ibn Nushair.
Musa memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Marokko. Ia juga menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
daerah pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak
akan membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Secara keseluruhan penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun,
yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan)
sampai tahun 83 H (masa Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu
propinsi dari Khilafah Bani Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi
penaklukan daerah lain yang berdekatan, yaitu Spanyol.
Penaklukan
Semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat
(Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya karena
ada konflik diantara mereka,
pada Musa ibn Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara
dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Lalu khalifah mengirim
500 pasukan yang dipimpin oleh Tharif ibn Malik tahun 91 H/710 M dan
mendarat di suatu tempat yang kemudian diberi nama Tharif. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak harta rampasan perang.
Ada beberapa hal yang mendorong Musa ibn Nushair mengabulkan permohonan Graff Julian, diantaranya karena:
1. Antara
penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang,
sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah beberapa
kali melakukan penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah
dikuasai oleh kaum Muslimin;
2. Penduduk
Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan berusaha
menduduki beberapa daerah Muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan
ini disampaikan Nushair pada Khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu
minta zin untuk mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah pun
menyetujui rencana Nushair.
Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah
tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut paling
terkenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan
dan hasilnya lebih nyata. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan
penyelidik, karena dialah yang pertama kali menyeberang selat untuk
memenuhi undangan Graff Julian agar membantunya, dan ekspedisi ini pun
berhasil. Didorong keberhasilan ini dan kemelut yang terjadi dalam tubuh
kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada
bulan Rajab 92 H/ April 711 M
mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang, terdiri dari suku
Barbar (Muslim dari Afrika Utara), para Mawali dan sebagian lagi
orang-orang Arab yang dikirim Al-Walid, untuk ke Spanyol dibawah
pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia mendarat di sebuah bukit berbatu karang
dekat gunung batu besar, yang akhirnya dinamakan dengan Jabal Thariq(Gibraltar) – Bukit Thariq, diambil dari namanya sendiri, Thariq.
Ia dibantu oleh Julian, seorang yang berpengaruh di Spanyol dan
menginginkan pembebasan Spanyol dari kekejaman Roderick, dengan
menyediakan kapal-kapal untuk pasukan Thariq bin Ziyad.
Sejarah
mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukannya selesai
mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan
mereka. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah, “Al aduwwu amamakum wal bahru waraa-akum, fakhtar ayyuma syi’tum” (musuh di depan kamu dan lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki).
Sebelum
Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota disekitarnya, dia berhasil
menaklukkan kota Arknidona, lalu berhasil merebut kota Elvira. Pasukan
berkuda menyerang kota Cordova, setelah bertahan selama dua bulan maka
diserahkan kota Cordova dan dengan warganya ikut ditaklukkan masuk dalam
pemerintahan Islam. Lalu kota ini dijadikan sebagai pusat kejayaan
Islam di Spanyol.
Setelah
itu pasukan Thariq berhasil menguasai kota Malaga dan kota Granada.
Dalam penyerangan pasukan Islam tidak mendapat perlawanan yang berarti.
Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan
kepada Nushair di Afrika Utara. Nushair mengirimkan tambahan sebanyak
5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang,
namun jumlah ini belum sebanding dengan jumlah pasukan tempur Gothik
yang disiapkan Roderick yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang.
Dalam pertempuran yang memakan waktu selama delapan hari dan berlangsung
di Guadalete, pinggir sungai Guadalquivir, Barbatee (Salado) di suatu
tempat bernama Bakkah pada tanggal 19 Juli 711 M dengan suasana yang
sangat mencekam. Kedua belah pihak bertempur dengan sengit dan tentara
Islam mendapat kemenangan yang cemerlang, pasukan Roderick porak poranda
dan mundur dalam keadaan kacau, sementara Roderick tewas ditempat
tersebut.
Setelah
kota Toledo yang menjadi ibukota Goth Barat jatuh ke tangan Islam,
Thariq yang mulanya hanya seorang pemimpin tentara biasa telah menjadi
pemimpin yang agung di wilayah yang baru ditaklukkannya. Dikarenakan
cemburu terhadap kemenangan-kemenangan yang diraih panglimanya yang
sangat luar biasa, dengan tergesa-gesa Musa bin Nushair merasa perlu
melibatkan diri dan berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M sambil
memimpin tentara sebanyak 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang Arab
dan Arab Syiria. Sasarannya dipilih kota-kota dan kubu-kubu yang tidak
diganggu Thariq, seperti Merida (Medina), Sedonia, dan Carmona. Seville
yang merupakan kota terbesar dan pusat kecerdasan Spanyol serta pernah
menjadi ibukota pada zaman Romawi, mampu mempertahankan diri hingga
akhir bulan Juni 713 M. Dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yang
sengit, namun setelah terkepung selama satu tahun, setapak demi setapak
kota tersebut dapat diduduki dalam bulan Juli 713 M. Musa juga
mengalahkan penguasa kerajaan Gothik, Theodomir di Orihuela, lalu
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya mereka berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari
Saragosa sampai Navarre. Juga berhasil ditaklukkan juga daerah Terrafona dan Barcelona.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan Khalifah Umar
bin Abdul ‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk menguasai
daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan, pimpinannya
dipercayakan kepada As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri
terbunuh pada tahun 102 H/720 M. Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada
Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota
Bordesu, Poiter, dan juga Tours. Tetapi di antara kota Poiter dan Tours
ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga serangan ke Perancis gagal dan
tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah
itu, masih juga ada penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke
Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorca,
Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicillia
juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah.
Gelombang
kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada
permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar
jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya
kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa tersebut berlangsung selama lebih dari 7,5 abad.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Ke Spanyol
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai oleh umat Islam dalam menguasai Spanyol tidak terlepas
dari beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Ø Faktor Eksternal
1. Terpuruknya ekonomi rakyat Spanyol;
2. Buruknya kondisi sosial politik;
3. Penguasa Gothik tidak mempunyai toleransi kepada penganut agama lain;
4. Adanya perebutan kekuasaan antar elit pemerintahan;
5. Mayoritas penduduk yang lemah ditindas dan dijadikan budak.
Ø Faktor Internal
1. Tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam yang kuat;
2. Tokoh-tokoh pejuang Islam memiliki kekuatan, keberanian, dan ketabahan yang tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan;
3. Adanya sikap toleransi, persaudaraan, dan sikap tolong menolong.
Sikap
toleransi dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut dengan baik kehadiran Islam di
wilayah tersebut.
Perkembangan Politik Islam di Spanyol
Pemerintahan
pusat di Andalusia dalam menjalankan roda pemerintahannya dibantu oleh
beberapa lembaga, dan secara substantif lembaga ini tidak jauh berbeda
dengan lembaga yang pernah ada pada pemerintahan sebelumnya, ketika
masih dibawah kekuasaan pusat Umayyah I di Damaskus.
Sejak pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya
kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran
yang sangat besar. Masa yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad
tersebut dijalani umat Islam secara fluktuatif, dimana terkadang
Islam berada di puncak kemegahan dan sering pula Islam dalam peperangan
atau pun kehancuran. Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di
Spanyol dapat dibagi dalam enam periode.
1. Periode Pertama (711 M-755 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Kalifah Bani Umayyah, yang berpusat di kota Damaskus. Periode
ini stabilisasi negeri Spanyol belum aman dan terkendali,
gangguan-gangguan masih terjadi baik internal maupun eksternal. Karena
ituasi inilah maka Islam di periode ini belum memasuki kegiatan
pembangunan dan peradaban. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd
al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan memerintah pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755 M-912 M)
Pada
periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan Kalifah Abbasiyah di
Baghdad. Ketika Daulah Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas,
Abd al-Rahman ibn Mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakkan
kakinya di Andalusia tahun 132 H/750 M. Ia diberi gelar ad-Dakhil
karena beliau adalah pangeran dinasti Umayyah pertama yang menginjakkan
kakinya di Semenanjung Iberia. Beliau berhasil menyingkirkan Yusuf ibn
abd al-Rahman al-Fihri, yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti Bani
Abbas, pada tahun 138 H/756 M. Abd al-Rahman ad-Dakhil memproklamirkan
bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan ia berhasil
mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol serta memakai gelar amir (bukan khalifah).
Selama
32 tahun berkuasa, ad-Dakhil (755-788 M) berhasil mengatasi berbagai
ancaman, baik dari dalam maupun luar, karena ketangguhannya ia diberi
gelar Rajawali Quraisy.
Karena kekuasaan Bani Abbas sepeninggal al-Mutawakkil (247 H/861 M)
semakin merosot, ad-Dakhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dan
memakai gelar amir al-mukminin. Ad-Dakhil mendirikan Masjid Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol.
Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil (755-788 M),
Hisyam ibn Abd al-Rahman/ Hisyam I (788-796 M), Hakam ibn Hisyam/ Hakam I
(796-822 M), Abd al-Rahman al-Ausath (822-852 M), Muhammad ibn Abd
al-Rahman al-Ausath (852-886 M), Munzir ibn Muhammad (886-888 M), dan
Abdullah ibn Muhammad (888-912 M).
3. Periode Ketiga (912 M-1013 M)
Periode ini dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nashir, sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Gelar yang dipakai pada masa ini adalah khalifah, yang dipakai mulai tahun 929 M. Kemudian muncul Hakam II dan
Hisyam II. Pada periode ini umat Islam beranjak mencapai puncak
kejayaan dan kemajuan menyaingi Daulah Abasiyah di Baghdad. Hal ini
ditandai dengan berdirinya Masjid Abdurrahman III yang diteruskan
Al-Hakam II dengan membangun Universitas Cordova, lengkap dengan
perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.
Khalifah-khalifah
besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu: Abd
Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961 M-976 M), dan Hisyam II
(976 M-1009 M).
4. Periode Keempat (1013 M-1086 M)
Pada periode ini, kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal.
Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang
dipimpin oleh raja-raja golongan/ kelompok (Al-Muluk Al-Thawaif) yang
berpusat di kota seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan sebagainya. Yang
terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sevilla, Hudiyah di Saragossa,
sebagian lainnya di Barbar seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz, Zennun
di Toledo dan Hammudiyah di Malaga, dan silsilah keturunan mereka
melalui Idrisiyyah di Marokko samapi ke Khalifah Ali, juga sebagian
Dinasti Thaifa dari para pasukan Afrika
yang datang di akhir abad 10 di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja,
Barbar, Ziriyyah dari Elvira memperoleh kemajuan di Valencia. Pada tahun
1085 M orang Kristen berhasil merebut Toledo dan in memaksa raja
Abbadiyah, Al-Mu’tamid, berpaling kepada pemerintahan Al-Murawiyyah
Barbar.
Selain
perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini juga terjadi pertikaian
besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa diantaranya
bekerjasama dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan
wilayahnya. Di sisi lain, melihat kekuasaan Islam yang lemah dan
terpecah, kekuasaan Kristen melakukan penyerangan kepada beberapa
kekuasaan Islam. Walau demikian dunia akademik dan keilmuan terus
berlangsung, perpindahan ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak
terhenti.
5. Periode Kelima (1086 M-1248 M)
Pada
periode ini meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dnasti Murabithun
dan Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para penguasa
Islam untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen.
Dinasti ini menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordova,
Almeria, dan Granada antara tahun 1114 M dan 1154 M. namun mengalami
kehancuran kembali dan pulang ke Afrika Utara pada tahun 1235
M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla
jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan
Islam.
6. Periode Keenam (1248 M-1492 M)
Pada
periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada, dibawah pemerintahan Bani
Ahmar (1232 M-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di
zaman Abd Al-Rahman An-Nashir. Kekuasaan Islam terakhir di Spanyol ini
berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Pada periode inilah
mulai musnahnya Islam di Spanyol karena dikalahkan oleh pihak Kristen
sampai terjadi tragedi yang sangat merugikan umat Islam. Tragedi
tersebut terjadi tahun 1499 M,
saat itu Cardinal Ximenez de Cisnores mengunjungi Granada dan diskusi
dengan para hakim dan ahlihukum disana. Hasilnya, tahun 1502 M muslim
Granada (Spanyol) diberi dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari
Spanyol, umat Islam memilih keluar dan pindah ke Afrika Utara. Setelah
itu umat Islam di Spanyol tidak ada lagi, namun pada abad 20 M, muslim
di Spanyol mulai mendapat sedikit ruang untuk berkembang lagi.
Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Dalam
masa yang lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol mencapai
kejayaannya disana. Banyak prestasi yang umat Islam peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih
kompleks.
a. Bidang Filsafat
Perkembangan
filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke 8 hingga abad ke 12. Tokoh
utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar
Muhammad bin As-Sayigh (w.1138 M) yang dikenal sebagai Ibnu Bajjah. Magnum opus (karya besar)nya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Selain menguasai filsafat, ia juga ahli dalam keilmuan lainnya seperti
music, kedokteran dan komentator atas karya-karya Aristoteles. Tokoh
yang kedua Abu Bakar ibn Thufail (w.1185 M), ia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi, dan filsafat dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan. Tokoh filsafat lainnya adalah Ibnu Rusyd yang muncul di akhir abad 12, ia merupakan filosof besar dan di Eropa terkenal dengan nama Averros dari Cordova (1126-1198 M), ia pengikut Aristoteles, karya filsafatnya Tahafuth at-Tahafuth (Kesesatan kitab kesesatan). Kitab ini merupakan kitab filsafat yang membantah apa yang pernah dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafith al-Falasifat (Kesesatan filsafat). Selain filosof, ia juga dikenal sebagai ulama Fiqh penulis Bidayah al-Mujtahid, dan juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib (Generalitas dalam Ilmu Kedokteran).
b. Sains
Bidang
ini terdiri dari ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia,
botani, zoology, geologi, ilmu obat-obatan juga berkembang dengan baik.
Wilayah Islam bagian barat banyak terdapat ilmuan bidang sejarah dan geografi. Beberapa tokoh sains diantaranya:
1) Bidang astronomi ada Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya an-Naqqash, Ibnu Safar, dan Al-Bitruji.
2) Bidang obat-obatan yaitu Ahmad bin Ilyas dari Cordova, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, dan Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
3) Bidang
kedokteran yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan
Al-Hafidz adalah dua dokter ahli dikalangan wanita, serta sumbangan
pemikiran yang diberikan oleh Ibnu Rusyd dengan buku kedokterannya yang
terkenal.
4) Bidang
geografi terdapat Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1377 M) menulis
tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicillia, serta Ibnu
Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mengelilingi dunia sampai Samudera
Pasai (Sumatera) dan China.
5) Bidang
sejarah terdapat Ibnu Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
dan Ibnu Khaldun dari Tunis seorang perumus filsafat sejarah penulis
buku Muqadimah, keduanya bertempat tinggal di Spanyol kemudian pindah ke Afrika.
c. Bahasa dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol, ini dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam, bahkan
penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Pada masa ini
banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara dan tata bahasa, diantaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin
Malik pengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibnu Khuruf, Ibnu
al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hassan bin Usfur, dan Abu Hayyan
Al-Gharnathi. Dibidang sastra, muncul Ibnu Abd Rabbih dengan karyanya
Al-Aqd Al-Farid, Adz-Zakirah fi Mahasin Ahlu Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lainnya.
d. Musik dan Kesenian
Pada
masa Islam di Spanyol bidang ini sangat masyhur dan mendapat apresiasi
dari tokoh penguasa istana. Tokohnya adalah Al-Hasan bin Nafi yang
bergelar Zaryab, dan terkenal sebagai pencipta lagu-lagu, bahkan
ia dianggap sebagai peletak dasar music Spanyol modern. Setiap ada
pertemuan dan jamuan ia selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ilmu
yang dimilikinya diturunkan kepada anak-anaknya baik laki-laki maupun
perempuan, juga kepada budak-budaknya sehingga kemasyhurannya tersebar
luas.
Sigrid
Hunke dan Abdul Mun’im menginformasikan bahwa ulama Arab-lah yang
memperkenalkan not lagu: do-re-mi-fa-so-la-si, not tersebut diambil dari
bunyi-bunyi huruf Arab.
Not
|
Asal Huruf
|
Do
|
د
|
Re
|
ر
|
Mi
|
م
|
Fa
|
ف
|
So
|
ص
|
La
|
ل
|
Si
|
س
|
2. Kemajuan Bidang Keilmuan Keagamaan
a. Tafsir
Salah
satu mufassir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi, nama
lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh
Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi (w.1273 M). Karyanya dalam bidang
tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam Alqur’an, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan Tafsir Al-Qurtubi.
b. Fiqh
Spanyol
Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki, yang memperkenalkan
mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abdurrahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjai qadhi pada masa
Hisyam bin Abdurrahman.para ahli fiqh lainnya adalah Abu Bakar bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Asy-Syatibi penulis kitab Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah (ushul fiqh), dan Ibnu Hazm yang terkenal.
Pada
masa ini lahir seorang sufi yang yang karangan dan pemikirannya masih
ada sampai saat ini, yaitu Abu Bakar Muhammad Ibnu ‘Ali Muhyiddin Ibnu
‘Arabi (w.1165). Ia menghasilkan lebih dari 250 karangan dalam berbagai
pengetahuan keislaman. Dalam idang tasawuf kitabnya yang dipakai sampai
sekarang yaitu Futuhat al-Makkiyah (Pembebasan Makkah) dan Fushul Hikam
(Kantong kebijaksanaan). Bersamaan dengan beliau juga hidup beberapa
sufi wanita yang amat berpengaruh dalam masyarakat karena kehidupan
religius dan ilmu agama mereka. Ibnu ‘Arabi menempatkan mereka sebagai
guru spiritual yang dikagumi.
Sufi
wanita ini antara lain: Yasamin (dikenal juga sebagai Syams) dari
Marchea, Fatimah dari Cordova, Zainab al-Qal’iyyah, dan Nizham binti Abu
Syuja’ Zhahir ibnu Rustam. Yasamin merupakan guru spiritual banyak
orang dan juga mengajarkan Ibnu ‘Arabi masalah spiritualitas. Fatimah
berjumpa dengan Ibnu ‘Arabi dalam usia 90 tahun, ia seorang sufi yang
sangat lembut dan penuh kasih sayang, banyak orang belajar padanya dalam
masalah pengetahuan spiritual dan agama Islam. Zainab al-Qal’iyyah
merupakan wanita zahid yang meninggalkan kehidupan mewah dunia dan
beralih menjadi sufi, ia seorang yang menjaga ketat waktu pelaksanaan
shalat, serta mengajarkan orang bidang tasawuf dan pelaksanaan ajaran
agama dalam kehidupan. Sementara Nizham adalah seorang wanita yang seak
gadis telah masuk dunia kesufian dan melaksanakan ajaran tasawuf dalam
kehidupan pribadinya. Ibnu ‘Arab sangat mengaguminya dan menjadikannya
sebagai inspirator bagi lahirnya sebuah buku berjudul Tarjuman al-Asywaq, buku antologi puisi cinta mistik.
Kemegahan
bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian dari
umat serta penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki
nilai arsitektur yang sangat tinggi. Berikut kemajuan peradaban
pembangunan di Spanyol:
a) Cordova
Kota
ini merupakan ibukota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih
Dinasti Umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini lalu dibangun dan
diperindah, jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir
ditengah kota. Taman-taman dibangun unuk menghiasi kota Spanyol,
pohonnya yang megah diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan.diantara
kebanggaan Cordova lainnya adalah Masjid Cordova. Kota Cordova memiliki
491 masjid.
b) Granada
Kota
ini adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol, tempat
berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova
diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.
Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam,begitu juga dengan kota dan istana
Al-Zahra, istana Al-Gazar, serta menara Girilda.
c) Sevilla
Kota
ini dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahhidin, dan pernah menjadi
ibukota yang indah dan bersejarah. Semula daerah ini adalah rawa-rawa.
Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta lalu dubah menjadi
Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada dalam kekuasaan Islam selama
500 tahun, salah satu masjid yang didirikan pada tahun 1171 M pada masa
pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub kini telah berubah menjadi gereja
bernama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.
d) Toledo
Merupakan
kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi
menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibukota kerajaan. Ketika
Thariq bin Ziyad menguasai kota ini tahun 712 M, kota ini dijadikan
pusat ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo direbut dari umat Islam
oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan masjd
di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
Setelah
berkuasa kurang lebih delapan abad,kekuasan Islam di Spanyol mulai
melemah. Dinasti Bani Ahmar yang menjadi penguasa Islam terakhir yang
menguasai Granada tidak mampu mempertahankan diri dari serangan bangsa
asing serta tidak mampu membangun persatuan dan kesatuan dikalangan
Islam. Akhirnya pada tanggal 2 Rabiul Awal 897 H/ 2 Januari 1492 M Abu
Abdullah Muhammad, raja dari kerajaan Bani Ahmar yang terakhir,
menyerahkan kunci gapura kota Granada kepada Raja Ferdinand. Ini adalah
masa terakhir kekuasan Islam Berjaya di Spanyol. Setelah penyerahan
tersebut sampai sekarang, kekuasaan Islam belum bangkit di Spanyol.
Sebenarnya masalah-masalah kekuasaan Islam di Spanyol yang menyebabkan kejatuhannya dikarenakan beberapa hal berikut:
1) Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen
Masyarakat
Spanyol yang sebelumnya terpecah dalam suku dan kelompok sedikit demi
sedikit bersatu untuk menghancurkan Islam. Beberapa kekuasaan Spanyol
Kristen mulai bergabung dan menjadikan Islam sebagai musuh bersama.
Ketika pemerintahan Islam di Spanyol melemah maka kaum Kristen melakukan
penyerangan sehingga kekuasaan Islam disana hancur.
2) Tidak adanya ideology pemersatu
Setelah
Islam menguasai Spanyol, kekuasaan masih dipegang oleh Muslim
pendatang, baik berbangsa Arab atau Afrika, hal ini berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh Bani Umayyah di Damaskus. Di Spanyol orang-orang
Arab tidak pernah menerima orang pribumi dan ini menyebabkan
terkelompoknya masyarakat antara pendatang dan pribumi, pendatang
sebagai penguasa dan pribumi sebagai orang yang dikuasai. Ketika mereka
memiliki kekuasaan pada kelompok masyarakat, mereka pun melakukan
pemberontakan kepada pemerintah. Hal ini menunjukkan tidak adanya
ideology yang dapat memberikan persatuan.
3) Kesulitan ekonomi
Pada
pertengahan kedua periode Islam di Spanyol para penguasa memfokuskan
pembangunan kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga
menyebabkan mereka lalai membangun perekonomian. Akibatnya timbul
kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik
dan militer.
4) Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Sistem
pemerintahan yang absolute dan bergantung sepenuhnya pada raja
menyebabkan tidak adanya kesepakatan bersama tentang sistem pergantian
kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris
setelah seorang raja meninggal, bahkan munculnya Muluk al-Tawaif.
Dalam beberapa kasus, perebutan kekuasaan ini melibatkan kekuatan asing
yang selama ini adalah musuh, sehingga kekuasaan Islam dapat diperalat
oleh orang asing.
5) Lokasi yang terisolir dan terpencil
Secara
geografis, Spanyol Islam terpencil dari dunia Islam yang lain, yang
selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika
Utara. Sehingga menyebabkan tidak ada kekuatan alternatif yang mampu
membendung kebangkitan Kristen dan kekuatan asng yang ingin
menggulingkan kekuasaan Islam di Spanyol.
Kemajuan
berbagai peradaban dan ilmu pengetahuan yang ada di Barat saat ini
tidaklah terjadi dengan begitu saja, ada proses yang melatar
belakanginya. Pengaruh-pengaruh peradaban Islam ini, termasuk pemikiran
Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda/orang Eropa yang
datang ke Baghdad dan Spanyol untuk belajar di berbaga universitas Islam
di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan
Samalanca. Para mahasiswa asal Eropa ini selain belajar berbagai ilmu
pengetahuan juga melakukan penerjemahan berbagai karangan sarjana
Islam ke dalam bahasa-bahasa Eropa, menerjemahkan kembali karya
Aristoteles, Plato dan lainnya dari bahasa Arab ke dalam bahasa mereka.
Setelah
pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang
sama, universitas yang pertama di Eropa adalah Universitas Paris tahun
1231 M yang didirikan 30 tahun setelah wafat Ibnu Rusyd. Di akhir zaman
pertengahan Eropa baru berdiri 18 buah unversitas, di universitas ini
ilmu-ilmu yang diperoleh di universitas Islam diajarkan, seperti ilmu
kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang banyak
dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.
Merekalah cikal bakal lahirnya ilmuan di Eropa dan penggerak munculnya Renaissance pada abad ke-14 M.
Walaupun
Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat
kejam namun ia telah melahirkan gerakan-gerakan penting di Eropa.
Gerakan tersebut diantaranya renaissance di Eropa pada abad ke-14
M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (Aufklarung) di abad ke-18 M.
Renaissance berasal dari kata renasseimento artinya lahir kembali atau rebirth sebagai manusia yang serba baru. Renaissance diartikan kelahiran atau kebangkitan kembali jiwa atau semangat manusia
yang ingin bebas dan tidak lagi terbelenggu sebagaimana hakikat dan
qodrat manusia. Renaissance merupakan gerakan yang menaruh minat untuk
mempelajari dan memahami kembali peradaban dan kebudayaan Yunani dan
Romawi kuno.
Bahasa
Arab juga memberi pengaruh besar di Eropa, selama Islam berada di
Andalusia telah banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal
dari bahasa Arab. Karena lamanya Islam disana tidak kurang dari 7.000
kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa Arab masuk ke dalam suku kata
bahasa Eropa, seperti ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, Perancis, dan Jerman. Kata-kata tersebut misalnya: as-sukkar (gula) menjadi azukar (Spanyol), sugar (Inggris), al-kuhul (alcohol) menjadi alkohol, al-fiil (gajah) menjadi marfil, syarab (minuman cair) menjadi sirup, dan lainnya.
Demikian
besar pengaruh peradaban Islam di Eropa sehingga jika saja masyarakat
Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil
bahwa Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia.
Bangsa Eropa maju dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban dikarenakan
mereka belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbaga literature
dari hasil karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.

No comments:
Post a Comment