Penaklukan Konstantinopel 1453
Konstantinopel dipandang sebagai salah satu kota
paling penting di dunia, didirikan pada tahun 330 M oleh Kaisar
Byzantium, Constantine I. Kota itu menjadi tempat unik dan menawan di
dunia. Sampai ada yang mengatakan, “seandainya dunia ini satu kerajaan,
tentulah Konstantinopel adalah kota yang paling layak sebagai
ibukotanya”.
Ketika kaum muslimin mulai berjihad
melawan Kekaisaran Byzantium, Kota Konstantinopel mempunyai aspek
khusus dalam pertsarungan itu. oleh karena itu, Rasulullah saw
menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya mengenai akan
ditaklukannya Konstantinopel. Diantaranya ketika berlangsung perang
Khandaq, beliau bersabda : Sesungguhnya kota Konstantinopel pasti
akan ditaklukan oleh seseorang. Pemimpin yang menaklukannya adalaha
sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.
Oleh
sebab itu, pasukan kaum Muslimin selalu berusaha memperluas wilayah
kekuasannya ke Konstantinopel semenjak masa pemerintahan Muawiyah bin
Abi Sufyan. Serangan pertama dilakukan pada tahun 44 H namun belum
berhasil. Serangan lain dilakukan berulang-ulang kali pada masanya,
tetapi memperoleh hasil yang sama.
Pemerintahan
Dinasti Ummayyah sekali lagi berusaha menaklukan Konstantinopel.
Serangan kali ini dianggap sebagai serangan paling besar dan paling
gigih. Serangan ini terjadi pada tahun 98 H, yaitu pada masa
pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik.
Pada masa
Dinasti Abbasiyah, pasukan Islam melakukan serangan berkali-kali, akan
tetapi semua serangan tersebut tidak mampu mencapai atau mengancam
Konstantinopel. Meskipun demikian serangan itu sempat mengguncang dan
menimbulkan efek terhadap keadaan dalam negeri Byzantium. Terutama yang
dilakukan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid tahun 190 H.
Setelah
itu, beberapa negara kecil di Asia kecil, di antaranya yang paling
sering adalah negara Saljuk, berusaha untuk menaklukannya. Negara Saljuk
mampu megalahkan Kaisar Romawi dan menawan kaisarnya dan mengharuskan
membayar jisyah kepada Sulthan Saljuk. Hal ini pertanda tunduknya
sebagian besar Kekaisaran Romawi terhadap Daulah Islam Saljuk. Setelah
Saljuk melemah, maka muncullah Saljuk kecil lainnya, yaitu Saljuk
Romawi.
Setelah melemahnya Saljuk Romawi, maka
muncullah Bangsa Utsmani pada abad 8 H atau 14 M. Berbagai upaya
dilakukan oleh Daulah Utsmaniyah khususnya pada masa Sulthan Bayazid
pada tahun 796 M (1393 M) dimana Konstantinopel terkepung oleh pasukan
Islam dengan sangat rapi. Sultan Bayazid sempat berunding dengan Kaisar
Byzantium untuk menyerahkan kota ini dengan damai tanpa adanya
peperangan. Akan tetapi Kaisar Byzantium menunda-nunda, dan berusaha
meminta bantua negara-negara Eropa untuk menghadpi serangan pasukan
Islam terhadap Konstantinopel.
Pada waktu yang
sama, tentara Mongol Islam yang dipimpin Timur Lenk telah sampai kedalam
wilayah-wilayah Daulah Utsmaniyah. Sultan Bayazid terpaksa menarik
pasukannya dari pengepungan Konstantinopel untuk menghadapi pasukan
Mongol Timur Lenk. Maka berkobarlah perang Ankarayang sangat masyhur
antara kedua pasukan itu. peperangan ini dimenangkan oleh Timur Lenk,
dan Sultan Bayazid tewas dalam perang ini pada tahun 1402 M yang
mengakibatkan Daulah Utsmaniyah tercerai berai sampai terjadi perang
saudara.
Setelah keadaan Daulah Utsmaniyah
kembali stabil dibawah kepemimpinan Sultan Murad II, Konstantinopel
kembali coba ditaklukan. Tetapi Kaisar Byzantium berusaha menimbulkan
fitnah di kalangan orang-orang Utsmani, yang mengakibatkan Sultan Murad
II sibuk dengan urusan dalam negeri.
Generasi
emas Daulah Utsmaniyah akhirnya muncul pada masa pemerintahan Muhammad
Al-Fatih, yang diangkat menjadi penguasa ketika umurnya baru 22 tahu.
Ketertarikannya akan ilmu sejarah yang mengakibatkan dia banyak
mengetahui tentang usaha-usaha penaklukan Konstantinopel. Hal inilah
yang membuat Muhammad Al-Fatih untuk segera menaklukan Konstantinopel.
PERSIAPAN PENAKLUKAN
Sulthan
Muhammad Al Fatih mencurahkan berbagai upaya untuk merencakana dan
mengatur penaklukan, yaitu dengan cara menambah jumlah personil
militernya hingga 250.000. mujahid, jumlah ini sangat besar jika
dibandingkan negara lain pada saat itu. selaian itu Al-Fatih juga
memberikan pelatihan pasukannya dengan berbagai seni perang, dilengkapi
pula dengan berbagai persenjataan sehingga menjadikan mereka ahli dalam
melakukan operasi jihad ke Konstantinopel. Al-Fatih tidak hanya
memperhatikan aspek keahlian dalam berperang, tetap beliau juga
memperhatikan persiapan maknawi (moral) dan menanamkan semangat jihad di
dalam pasukannya. Dia senantiasa mengingatkan mereka mengenai pujian
Rasulullah saw.
Strategi di medan perang
Al-Fatih dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang
berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini
dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan ini dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel.
Selaian
persiapan muhajid dan pendirian benteng, Al-Fatih juga memberi perhatia
kepada armada laut Utsmani dengan menyediakan 400 kapal. Hal ini atas
dasar pertimbangan, Konstantinopel merupakan kota laut yang tidak bisa
dikepung dengan sempurna tanpa adanya kekuatan laut.
Sebelum
menyerang ke Konstantinopel, Al-Fatih mengadakan perjanjian dengan
beberapa musuhnya agar bisa berkonsentrasi dengan satu musuh. Al-Fatih
mengadakan perjanjian dengan Galagata, Hongaria dan Venezia. Ketiganya
ini berdekatan dengan Konstantinopel, akan tetapi perjanjian ini tidak
pernah disepakati karena ketiganya datang membantu ketika Konstantinopel
diserang. Hal ini tidak aneh karena merupaka persekutuan diantara
orang-orang Kristen.
Melihat keseriusan Al-Fatih
untuk mewujudkan keingannya menyerang Konstantinopel, Kaisar Byzantium
segera meminta bantuan kepada beberapa negara di Eropa, khususnya kepada
Paus (pemimpin tertinggi aliran Kristen Katolik). Pada saat itu
Konstantinopel mengikuti gereja Kristen Ortodoks (sebenarnya pada saat
itu ada permusuhan antara Kristen Ortodoks dan Kristen Katolik). Kaisar
Byzantium terpaksa bersikap ramah terhadap Paus dengan menyatakan akan
siap menyatukan gereja Ortodoks Timur agar tunduk pada Paus.
SERANGAN
Konstantinopel
dikelilingi laut di tiga sisi, yaitu Selat Bosporus, Laut Marmara, dan
Tanduk Emas yang dilindungi oleh rantai besar untuk mengontrol lalu
lintas kapal kedalamnya. Seaian itu, dua garis pagar yang kokoh dan
panjang mengelilinginya di daratan dan pantyai Marmarah hingga Tanduk
Emas.
Kota Konstantinopel dari segi militer
dianggap sebagai kota di dunia yang paling baik perlindungannya. Sebab
kota ini mempunyai pagar-pagar dan benteng-benteng , ditambah lagi
perlindungan alam. Oleh karena itu, kota ini sulit untuk diterobos.
6
April 1453 M (26 Rabiul Awal 857 H) tentara Utsmani yang dipimpin
langsung oleh Sulthan Muhammad Al-Fatih telah tiba di timur
Konstantinopel, pasukan dibagi menjadi tiga bagian utama yang
memungkinkan untuk melakukan pengepungan darat dari berbagai arah
ditambah dengan ketersediaan pasukan cadangan dan juga Al-Fatih memasang
meriam-meriam di depan pagar-pagar. Pada waktu yang sama kapal-kapal
Utsmani menyebar di perairan yang mengelilingi Konstantinopel, namun
demikian kapal itu tidak bisa sampai ke Tanduk Emas karena adanya
rantai-rantai besar yang menghalangi masuknya kapal yang berusaha
mendekat.
Pasukan Byazantium yang dipimpin oleh
Constantine terus bertahan menahan gempuran dari pasukan Utsmani, merek
menyebar di sektar pagar dan memperketat garis pertahanan.
Bantuan-bantuan Kristen dari Eropa tidak pernah berhenti, utamanya
bantuan dari Genoa yang terdiri dari 5 kapal.
Kaisar
Byzantium berusaha menyelamatkan kotadan rakyatnya dengan berbagai cara
macam strategi dan tipu daya. Dia mengajukan berbagai macam tawaran
kepada Sulthan agar mau menarik mundur pasukannya. Sebagai gantinya,
Kaisar akan mmyar sejumlah uang atau menyatakan tunduk kepada Sulthan.
Tetapi semuanya itu ditolak oleh Sulthan, sebaliknya dia meminta agar
kota Konstantinopel diserahkan secara damai. Apabila dituruti maka tidak
akan ada seorang pun penduduknya atau gereja yang akan mendapatkan
gangguan.
Tanggal 18 April, meriam-meriam
Utsmani berhasil mebuka celah pagar-pagar Byzantium di Lembah Likus di
sebelah barat pagar. Dengan segenap keberanian pasukan Utsmani bergerak
maju untuk menerobos, akan tetapi pasukan yang mempertahankan kota
berusaha mati-matian melindungi celah pagar tersebut.
Selang
dua hari setelah pertempuran terjadilah pertempuran lain antara
angkatan laut Utsmani dengan beberapa kapal Eropa yang berusaha mencapai
Teluk Tanduk Emas. Kapal-kapal Islam berusaha keras untuk mencegah
kapal-kapal eropa tersebut. Al-Fatih yang mengawasi dari pantai
mengirimkan surat kepada komandan armada lautnya, dengan perintah untuk
mengharuskan dengan segera merebut atau menghancurkan kapal-kapal eropa.
Akan tetapi kapal-kapal eropa akhiranya sampai ke tujuan. Hal ini
membuat Al-Fatih marah besar sehingga memecat Palta Oghlu, pemimpin
armada laut Utsmani.
KEJENIUSAN PERANG YANG LUAR BIASA
Al-Fatih
tampaknya mempunyai ide yang luar biasa cemerlang untuk mencapai Tanduk
Emas dari Besiktas tanpa melewati jebakan rantai kapal, idenya yaitu memindahkan
kapal-kapal dari tempat berlabuhnya, caranya adalah dengan menariknya
dari jalur darat yang berada diantara dua pelabuhan. Hal ini untuk
menjahui wilayah Galata karena khawatir wilayah tersebut diserang dari
arah selatan. Padahal jarak antara kedua pelabuhan itu kurang lebih tiga
mil. Tanahnya pun bukan tanah datar dan mudah, tetapi tanah perbukitan
yang terjal.
Al-Fatih mulai melaksanakan
rencananya, dia menyuruh pasukannya untuk meratakan tanah perbukitan
tersebut. Lalu didatangkan kayu-kayu yang dilumasi minyak dan lemak.
Kemudian papan-papan itu diletakkan dijalan yang telah diratakan untuk
mempermudah peluncuran dan penarikan kapal-kapal. Hal yang paling sulit
dari proyek ini adalah memindahkan kapal-kapal ke perbukitan yang
tinggi, namun demikian kapal-kapal Utsmani berukuran kecil dan ringan.
Kapal-kapal
itu ditarik dari Bosporus ke daratan di atas papan-papan kayu yang
telah dilumasi minyak sejauh tiga mil. Akhirnya, kapal-kapal itu sampai
di titik yang aman, lalu berhenti di Tanduk Emas. Pada malam itu,
pasukan Utsmani berhasil menarik lebih dari 70 kapal perahu dan
dihentikan di Tanduk Emas ketka musuh sedang lengah.
Pada
waktu pagi tanggal 22 April 1453, penduduk kota Konstantinopel
terbangun oleh takbir pasukan Utsmani yangg menggema di Tanduk Emas.
Mereka dikejutkan oleh kapal-kapal Utsmani yang telah menguasai perairan
itu. Pasukan Utsmani mulai menempatkan meriam-meriam besar di daratan
tinggi yang berada di belakang Galata. Meriam ini mulai memuntahkan
peluru-pelurunya secara intensif ke pelabuhan, baik dari darat maupun
dari laut dengan tujuan untuk melemahkan pasukan Byzantium sehingga
mereka tidak bisa istirahat dan berpikir dengan tenang.
Pada
tahap pengepungan beriktunya, pasukan Utsmani menempuh cara yang sangat
mengagumkan dalam usahanya merebut Konstantinopel dengan cara menggali
terowongan bawah tanah dari tempat-tempat yang berbedake dalam kota.
Selain itu pasukan Utsmani membuat benteng dari kayu berukuran sangat
besar dan tinggi serta dapat bergerak. Benteng ini terdiri dari tiga
tingkat dengan ketinggian melebihi pagar-pagar yang mengelilingi
Konstantinopel. Benteng ini dilapisi tameng dan kulit yang dibasahi air
agar bisa menahan api. Disetiap benteng ditempatkan beberapa orang,
tingkat paling atas adalah para pemanah.
Pengepungan
yang terus berlanjut ini tentunya melemahkan pasukan Byzantium dan
penduduknya, para pembantu kaisar banyak yang mengusulkan agar Kaisar
Byzantium segera meninggalkan Konstantinopel untuk mengumpulkan bantuan
dan segera mengembalikannya setelah jatuh. Namun kaisar tak ingin
meninggalkan Konstantinopel karena dia ingin terus berjuang
mempertahankan kota bersama pasukannya.
SERANGAN UMUM KE KONSTANTINOPEL
Pada
tanggal 27 Mei 1453 (Ahad, 18 Jumadal Ula), Al-Fatih memerintahkan
pasukannya untuk membersihkan hati, serta mendekatkan diri kepada Allah
dengan merjakan shalat dan perbuatan ketaatan serta terus berdoa.
Berikutnya pada selasa 29 Mei 1453 (20 Jumadal Ula 857 H) pukul satu dinihari dimulailah serangan umum ke Konstantinopel
setelah dikeluarkan perintah kepada para mujahidin yang mampu bersuara
keras untuk bertakbir. Orang-orang Byzantium dihantui rasa ketakutan
yang luar biasa, mereka mulai menabuh lonceng-lonceng gereja hingga
banyak yang berlindung dalam gereja.
Pasukan
Utsmani terbagi kedalam beberapa kelompok dengan fokus serangan
diutamakan ke wilayah Lembah Likus, Al-Fatih memipin langsung
penyerangan ke wilayah ini. Kelompok penyerang pertama mengalami
kelelahan kemudian digantikan dengan kelompok kedua. Akhirnya kelompok
kedua berhasil mencapai pagar Konstantinopel tetapi karena kekelahan
akhirnya digantikan oleh kelompok ketiga dan akhirnya menembus pagar.
Pertempuran juga sedang berlangsung di area laut, armada laut terus
menerus menghujani dengan meriam benteng kota yang mengakibatkan pasukan
Byzantium tercerai berai dan harus menghadapi lebih dari satu front
dalam satu waktu sekaligus.
Ketika Constantine
melihat panji-panji Utsmani berkibar di atas benteng-benteng bagian
utara kota, dia pun yakin bahwa sudah tidak ada lagi gunanya lagi
mempertahankannya. Dia segera melepaskan pakainnya agar tidak dikenali.
Dia turun dari kudanya dan terus berperang hingga terbunuh di medan
perang. Tersebarnya berita kematian Constantine mempunyai pengaruh besar
dalam meningksatkan semangat mujahidin dan menjatuhkan tekad pasukan
Kristen untuk mempertahankan Konstantinopel. Akirnya pasukan Utsmani
memasuki kota itu dari berbagai penjuru kota.
Tepat
54 hari pertempuran Konstantinopel, pada hari itu tanggal 29 Mei 1453
sebelum matahari tepat berada di atas kepala, akhirnya Kota
Konstantinopel takluk ditangan Al-Fatih pemimpin Daulah Utsmaniyah.
Al-Fatih kemudian turun dari kudanya dan bersujud kepada Allah atas
tanah yang direbutnya, serta tak lupa Al-Fatih menyampaikan selamat
kepada pasukannya atas kemenangan yang diraih dan melarang melakukan
pembunuhan. Sebaliknya Al-Fatih memerintahkan memperlakukan dengan baik
dan lemah lembut.
No comments:
Post a Comment