Friday, 8 May 2015

Pemain Bulutangkis Legendaris Indonesia

Pemain Bulutangkis Legendaris Indonesia


1..Rudi Hartono Kurniawan
Rudy Hartono Kurniawan (Hanzi: 梁海量,Nio Hap Liang; translasi fonetik nama Indonesianya ke bahasa Tionghoa: 哈托诺Hatuonuo; lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949; umur 63 tahun) adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia pernah memenangkan kejuaraan dunia pada tahun 1980, dan Kejuaraan All England selama 8 kali pada tahun 1960'an dan 1970'an.

2. Liem Swie King
Liem Swie King, (lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956; umur 56 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis yang dulu selalu menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 dalam usianya yang ke-20. Kemudian Swie King menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi saat itu dengan tiga kali menjadi juara ditambah empat kali menjadi finalis. Bila ditambah dengan turnamen "grand prix" yang lain, gelar kemenangan Swie King menjadi puluhan kali. Swie King juga menyumbang medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan enam kali membela tim Piala Thomas. Tiga di antaranya Indonesia menjadi juara.
Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orangtuanya di kota kelahiran Kudus, Swie King yang lahir 28 Februari 1956 akhirnya masuk ke dalam klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.
Usai menang di Pekan Olahraga Nasional saat berusia 17 tahun, akhir 1973, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Setelah 15 tahun berkiprah, Swie King merasa telah cukup dan mengundurkan diri pada tahun 1988. Saat aktif sebagai pemain, Liem terkenal dengan pukulan smash andalannya, berupa jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash.
Liem Swie King sebenarnya dari marga Wu bukan marga Lin. Pergantian marga seperti ini pada masa dahulu zaman Hindia Belanda biasa terjadi, pada masa itu seorang anak dibawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya, maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yg lain, "orang tua" ini bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.

 3.Christian Hadinata
Christian Hadinata (lahir di SemporJawa Tengah11 Desember 1949; umur 62 tahun) adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era1970-an hingga 1980-an. Setelah pensiun, ia berkarier sebagai pelatih dan pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia.

4..Alan budikusuma
Alan Budikusuma Wiratama alias Goei Ren Fang (Dalam aksara Tionghoa: 魏仁芳), (lahir di SurabayaJawa Timur29 Maret 1968; umur 44 tahun) adalah mantan pemain bulu tangkis Indonesia yang meraih medali emasbulu tangkis pada Olimpiade Barcelona 1992 dalam nomor tunggal putra. Ia pensiun dari dunia bulu tangkis setelah Olimpiade Atlanta 1996.
Alan menikah dengan Susi Susanti, yang juga memenangkan medali emas bulu tangkis pada Olimpiade Barcelona.
Alan Budi Kusuma adalah atlet yang bisa belajar dari kekalahan. Contohnya tahun 1991 Alan Budi Kusuma kalah dari Ardy B. Wiranata di All England tapi di tahun 1992 Alan Budi kusuma mengalahkan Ardy B. Wiranata di Olimpiade Barcelona. Contoh lain di tahun 1996 Alan Kalah dari poul Eric H.L di Olimpiade Atlanta tapi di tahun yang sama Alan Budi kusuma mengalahkan Poul erik di Indonesia terbuka.

5. Tjun Tjun
Tjun Tjun ialah pemain bulu tangkis putra dari Indonesia yang terkenal sebagai spesialis ganda pada tahun 1970-an. Di masa jayanya, ia berpasangan dengan Johan Wahjudi, dan berhasil beberapa kali memenangi kejuaraan bulu tangkis paling terhormat pada masa itu, All England.
Pasangan Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan pasangan lainnya Christian Hadinata/Ade Chandra mendominasi dunia ganda putra. Bersama dengan pemain tunggal Rudy Hartono dan Liem Swie King, tim Indonesia pada tahun hampir tidak terkalahkan antara 1970-1980 dan menjuarai setiap kejuaraan Thomas Cup.
Kakak Tjun Tjun, Liang Chiu Hsia (pinyin: Liang Qiu-xia) merupakan juara bulu tangkis putri di Tiongkok pada tahun 1960-an, sebelum akhirnya menjadi pelatih tim bulu tangkis putri Indonesia dan melatih Susi Susanti dan kawan-kawan memenangkan Piala Uber.

6. Arby B Wiranata
Ardy Bernardus Wiranata, sering disebut dengan nama Ardi B.W. (lahir di Jakarta, 10 Februari 1970; umur 42 tahun) adalah pemain bulutangkis Indonesia di era tahun 1990-an, juara Indonesia Terbuka 6 kali dan peraih Medali Perak Olimpiade Barcelona 1992. Ia adalah salah satu pebulu tangkis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Ardy meraih Medali Perak di Olimpiade Barcelona 1992 setelah di final kalah dari Alan Budikusuma yang juga pemain Indonesia. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan PB Djarum Setelah berhenti sebagai pemain bulu tangkis, Ardy memfokuskan diri menjadi pelatih bulu tangkis.

7. Susi Susanti
Lucia Francisca Susi Susanti (Hanzi: 王蓮香, PinyinWang Lian-xiang, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat11 Februari 1971; umur 41 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia.
Dia menikah dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, ia pernah juga meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996. Pasangan Alan dan Susi memiliki 3 orang anak yang bernama Laurencia Averina (1999), Albertus Edward (2000), dan Sebastianus Frederick (2003).
 International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan,Dick SudirmanChristian Hadinata, dan Liem Swie King.

8.Mia Audina
Mia Audina Tjiptawan (Hanzi: 張海麗, Pinyin: Zhang Haili) (lahir di JakartaIndonesia22 Agustus 1979; umur 33 tahun) adalah seorang mantan pemain bulu tangkis Indonesia. Ia merupakan peraih medali perak Olimpiade Atlanta 1996 dan Athena 2004.
Ia memperkuat Tim Piala Uber Indonesia saat masih berumur 14 tahun dan menjadi anggota Tim Piala Uber termuda sepanjang sejarah bulu tangkis. Mia mendapat julukan "Si Anak Ajaib" karena menjadi pemain penentu kemenangan Indonesia saat menjuarai Piala Uber 1994 dan 1996. Mia memperoleh medali perak Olimpiade Atlanta 1996 setelah di final dikalahkan Bang Soo-Hyun, pemain andalan Korea Selatan.
Pada tahun 1999 Mia menikah dengan Tylio Arlo Lobman, seorang penyanyi gospel asal Suriname berkebangsaan Belanda. Ia kemudian menetap dan menjadi warga negara Belanda dan mulai mewakili Belanda dalam berbagai pertandingan.

9.Icuk Sugiarto
Icuk Sugiarto (lahir di SoloJawa Tengah4 Oktober 1962; umur 50 tahun) adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra bulu tangkis Indonesia bersama Liem Swie KingLius PongohHastomo ArbiKartono,dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia di era 1980-an bersama pemain - pemain bulu tangkis Indonesia yang lainnya. Ia sekarang menjadi salah satu staf ahli menpora di eranya SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.

10.Tan Joe Hok
Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara (Hanzi: 陈甲亮, Pinyin: Chén Jiǎliàng) (lahir di BandungJawa Barat11 Agustus 1937; umur 75 tahun) adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1960-an. Ia adalah putra Indonesia pertama yang menjuarai All England dan meraih medali emas Asian Games. Selain itu, Ia bersama enam pebulu tangkis Indonesia lainnya merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya. Pada masanya, Tan Joe Hok mempunyai nama besar sebagai atlet kebanggaan Indonesia karena prestasinya mengharumkan nama bangsa.
Tan Joe Hok bersama dengan Ferry SonnevilleLie Poo DjianTan King GwanNjoo Kim BieEddy Jusuf, dan Olich Solihin merupakan perintis Tim Thomas Indonesia yang dikenal sebagai “tujuh pendekar" bulu tangkis tanah air. Mereka berhasil menjuarai Piala Thomas 1958 setelah menaklukkan juara bertahan Malaysia (dahulu bernama Malaya) dalam babak penantangan (chalenge round) dengan skor 6-3 di Singapore Badminton Hall,Singapura (dahulu merupakan bagian negara Malaya). Dalam perebutan Piala Thomas tersebut, Tan Joe Hok bermain sebagai pemain tunggal sekaligus pemain ganda (berpasangan dengan Lie Poo Djian).
Setelah pensiun dari pemain bulu tangkis, Tan Joe Hok sempat menjadi pelatih bulu tangkis di Meksiko dan Hongkong. Ia bergabung menjadi pelatih PB Djarum tahun 1982 dan merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta.
Ia kemudian diangkat menjadi pelatih pelatnas Piala Thomas 1984 dan berkat bimbingannya Tim Bulu Tangkis Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 1984 dengan munundukkan China. Atas prestasinya SIWO/ PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik 1984.



No comments:

Post a Comment